Workshop Pengembangan Asesmen Berbasis TKA dan AKM dengan Optimasi Kecerdasan Artifisial dan Pengenalan NotebookLM Berlangsung Antusias

Optimasi Kecerdasan Artifisial dan Pengenalan NotebookLM

Gresik — Upaya peningkatan mutu asesmen di lingkungan pendidikan kembali diperkuat dengan terselenggaranya Workshop Pengembangan Asesmen Berbasis TKA dan AKM dengan Mengoptimalkan Kecerdasan Artifisial serta Pengenalan NotebookLM yang berlangsung pada Oktober 2025. Workshop ini menghadirkan narasumber utama Wahyudi, S.Pd., Gr, seorang pendidik sekaligus praktisi teknologi pendidikan yang dikenal luas karena kemampuannya menerapkan AI untuk kebutuhan asesmen dan pengembangan konten pembelajaran.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh para guru dengan penuh antusias. Sejak hari pertama, suasana workshop terasa dinamis dan hidup. Para peserta datang dengan rasa ingin tahu yang tinggi mengenai bagaimana kecerdasan artifisial, khususnya melalui platform NotebookLM, dapat membantu mereka menyusun soal TKA (Tes Kemampuan Akademik) dan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) secara lebih cepat, efektif, dan akurat.

Pada hari pertama, kegiatan dibuka dengan sambutan dari pihak penyelenggara yang menekankan pentingnya adaptasi guru terhadap perkembangan teknologi, terutama di era di mana AI telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Dalam sambutannya, penyelenggara menegaskan bahwa workshop ini bukan hanya sekadar pelatihan teknis, melainkan juga ruang untuk bertransformasi menuju pembelajaran modern yang lebih inovatif.

Pada sesi materi pertama, narasumber Wahyudi, S.Pd., Gr, memberikan pengantar mengenai konsep asesmen modern, termasuk perbedaan karakteristik antara TKA dan AKM. Beliau menjelaskan bahwa kedua jenis asesmen tersebut menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti bernalar kritis, memecahkan masalah, dan memahami konteks dalam berbagai situasi. Penjelasan tersebut memberikan pemahaman awal yang kuat kepada peserta mengenai bagaimana sebuah soal yang baik harus dibangun berdasarkan indikator yang tepat dan tidak multitafsir.

Memasuki hari kedua, Wahyudi mulai memperkenalkan NotebookLM, sebuah platform berbasis kecerdasan artifisial yang sangat membantu guru dalam mengelola referensi, menghasilkan ide, dan memformulasikan soal dengan akurasi yang tinggi. Peserta diperkenalkan pada tampilan antarmuka NotebookLM, cara memasukkan bahan referensi, penggunaan prompt yang efektif, serta cara mengintegrasikan hasil analisis AI dengan kebutuhan asesmen di sekolah.

Sesi praktik ini menjadi salah satu bagian paling menarik dalam workshop. Para peserta terlihat sangat antusias mencoba fitur-fitur yang ditunjukkan narasumber. Mereka bereksperimen dengan mengunggah modul, RPP, atau dokumen asesmen yang mereka miliki ke dalam NotebookLM untuk kemudian dianalisis oleh sistem. Banyak peserta yang terkejut ketika melihat platform tersebut mampu membaca, merangkum, bahkan membangun rangkaian soal berdasarkan referensi yang diberikan. Suasana workshop pun menjadi semakin hidup ketika peserta berbagi hasil kerja mereka dan bertanya tentang cara mengoptimalkan penggunaan AI agar tidak hanya menghasilkan soal yang benar secara teknis, tetapi juga mendalam dan variatif.

Pada hari ketiga, fokus kegiatan beralih ke sesi lanjutan mengenai pengembangan soal-soal TKA dan AKM berbasis AI. Wahyudi mengajak peserta menyusun blueprint, memilih indikator, menentukan level kognitif, hingga memvalidasi soal-soal yang dihasilkan oleh NotebookLM. Beliau menegaskan bahwa meskipun AI sangat membantu mempercepat proses, guru tetap harus memiliki literasi asesmen yang kuat agar kualitas soal tetap terjaga. AI, kata beliau, adalah “asisten super cepat”, tetapi tidak dapat menggantikan intuisi pedagogis seorang guru.

Sesi tanya jawab pada hari ini menjadi sangat interaktif. Peserta bertanya mulai dari cara meminimalkan bias soal, menyesuaikan tingkat kesulitan, membangun stimulus yang menarik, hingga cara menggabungkan hasil kerja AI dengan dokumen kurikulum sekolah. Wahyudi menjawab setiap pertanyaan dengan detail dan memberikan contoh kasus yang relevan, sehingga peserta dapat memahami penerapannya dalam konteks nyata di kelas. peserta diminta membuat proyek akhir, yakni penyusunan satu set asesmen lengkap yang terdiri dari kisi-kisi, indikator, hingga seperangkat soal TKA dan AKM berbantuan NotebookLM. Hasil pekerjaan peserta kemudian dipresentasikan secara bergiliran. Presentasi berjalan penuh energi, dengan para guru menunjukkan kreativitas dan inovasi mereka dalam memanfaatkan teknologi AI. Banyak peserta yang memanfaatkan fitur analisis konteks di NotebookLM untuk memperkaya stimulus soal, sehingga soal yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan berbasis real-life problem.

Sesi penutup menjadi momen penuh apresiasi. Pihak penyelenggara memberikan ucapan terima kasih kepada Wahyudi, S.Pd., Gr atas materi yang sangat aplikatif dan inspiratif. Para peserta menyampaikan bahwa workshop ini membuka wawasan baru tentang bagaimana kecerdasan artifisial dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif dalam proses asesmen, sekaligus memberikan pengalaman praktik yang langsung dapat diterapkan dalam tugas mereka di sekolah.

Workshop ini tidak hanya memberikan pemahaman teknis, tetapi juga membangun semangat baru bagi para pendidik untuk terus berinovasi. Dengan adanya interaksi yang intens, sesi tanya jawab yang hidup, dan praktik langsung selama empat hari, kegiatan ini dinilai sangat berhasil dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan asesmen modern.

Secara keseluruhan, workshop berlangsung sukses dan memberikan dampak positif bagi seluruh peserta. Mereka pulang dengan membawa keterampilan baru, semangat baru, serta keyakinan bahwa AI, termasuk NotebookLM, bukanlah ancaman, melainkan peluang besar untuk memperkuat profesionalisme guru dalam era pendidikan masa depan.

#Kurikulum
SHARE :
LINK TERKAIT